Ibnu
Hazm yang memiliki nama Asli Abu Muhammad
Ali ibnu Muhammad ibnu Sa’id ibnu Hazm lahir pada tanggal
7 November 994 di Cordova, dan meninggal
15 Agustus 1064/456 H . Hazm Atau Hazim Atau Hazem adalah nama serang
laki-laki Arab yang berarti tetap tabah/ pantang mundur, [berani/tebal],
menjengkelkan atau tegas. Hazm Atau Hizm berbeda dengan hazim atau hazem. Hazm
bersifat menentukan Atau Kekerasan tetapi Hazem , lebih panjang
[kecil/sedikit], berarti tegas atau bersifat menentukan.
Ia terlahir dalam
sebuah keluarga terkemuka .Kakeknya
bernama sa’id adalah seorang mualaf
yang pindah ke Córdoba dan ayahnya bernama Ahmad,kedua-duanya memegang posisi
penasehat tinggi di istana Khalifah Umayyah
Hisyam II.
Ibnu Hazm belajar tentang Filosofi Islam, dan minat utamanya dalam Metafisika ilmu agama dalam Etika, Dia juga seorang Andalusian Arab Ahli filsafat, Litterateur, Psikolog, Sejarawan, Ahli hukum dan Ahli ilmu agama. Ia adalah seorang penganjar yang terkemuka dalam Zahiri dan menjadi salah seorng pemikir Islam yang menghasilkan 400 karangan, yang mana hanya 40 masih bertahan, yang mencakup bidang seperti Jurisprudensi Islam, Logika, Sejarah, Etika, komparatip agama, dan ilmu agama, seperti halnya Cincin/Arena Merpati, pada seni Cinta.
Ketika berbicara tentang seni Cinta, Ibnu Hazm
memiliki beberapa pandangan tentang Makna Cinta. Menurut Ibnu Hazm, cinta itu
sulit diuraikan. Tetapi pada orang yang jatuh cinta terdapat pertanda.
- Kecanduan memandang orang yang dikasihi.
- Segera menuju ke tempat kekasih berada, sengaja duduk di dekatnya dan mendekatinya.
- Gelisah dan gugup ketika ada seseorang yang mirip dengan orang yang dicintainya.
- Kesediaan untuk melakukan hal-hal yang sebelumya enggan dilakukannya
Adapun
yang mencoreng cinta menurut Ibnu Hazm adalah berbuat maksiat dan mengumbar
hawa nafsu..
Syair
Ibnu Hizm tentang Cinta :
Sungguh cintamu padanya wajar adanya
Mereka kata, cinta buat kau gila
Padahal kau orang paling faham agama
Ku katakan pada mereka
Mengapa kalian iri padanya?
Jawabnya
Kerana ia mencinta dan dicintai pujaan jiwa
Bila masanya Muhammad mengharamkan cinta
Dan apakah ia menghina umatnya yang jatuh cinta
Janganlah kau berlagak mulia
Dengan menyebut cinta sebagai dosa
Janganlah kau pedulikan apa kata orang tentang cinta
Entah yang berkata keras atau halus biasa
Bukankah manusia harus menetapi pilihannya
Bukankah kata tersembunyi tak bererti diam seribu bahasa
Syair ini dikutip dari kitab Tauqul
Hamamah karya Ibnu Hazm .
Beberapa buku Ibnu hazm yang terkenal antara lain :
Al Kitab al-Muhalla bi'l
Athar
Ihkam Al Ahkam
fi Ushul al
Ahkam
Mukhtasar al-Muhalla li
Ibn Hazm
Ṭawq al-Ḥamāmah
Dan beberapa buku kedokteran yang terkenal di antaranya :
Al-Akhlaq wa al-Siyar fi Mudawat al-Nufus (“Akhlaq dan
perlakuan yang benar untuk penyembuhan jiwa”)
Maratib al-'Ulum
Al-Mujalla
Al-Fisal fi al-Milal wa
al-Ahwa 'wa al-Nihal
Ibnu Hazm sangat kritis dalam mnyikapi Risalah,ilmu
pengetahuan, Filosofi dan Ilmu agama. Ibnu Hazm menekankan pentingnya seturut
perasaan, sebagaimana ia menyadari bahwa alasan manusia mempunyai perasaan. Dan
ia mengenali pentingnya sebuah alasan, karena Qur’an sendiri mengundang
cerminan/pemantulan, yang mana ia berargumentasi bahwa cerminan/pemantulan ini
menunjuk sebagian besar ke pembukaan rahasia dan data perasaan, karena prinsip
alasannya adalah diri mereka yang diperoleh seluruhnya dari berbagai pengalaman
perasaan. Ia menyimpulkan alasan itu bukanlah suatu pancaindera untuk penemuan
atau sebuah riset mandiri, tetapi seluruh perasaan itu itu harus digunakan
dalam tempat nya , suatu gagasan yang membentuk basis empiris.
Ibnu Hazm menulis Lingkup Logika pada Filosofi Islam, di
mana ia menekankan pada pentingnya seturut perasaan sebagai sumber ilmu
Pengatahuan. Ia menulis bahwa “sumber pertama dari semua pengetahuan manusia
adalah pikiran sehat yang keras digunakan dan intuisi sebuah alasan, yang
dikombinasikan dengan suatu pemahaman benar menurut suatu bahasa.” Ibnu Hazm
juga mengkritik sebagian dari ahli ilmu agama yang telah dipertentangkan dengan
penggunaan logika dan berargumentasi bahwa generasi orang Islam yang pertama
tidak bersandar pada logika. Tanggapan nya adalah bahwa awal orang Islam yang
yang telah menyaksikan pembukaan rahasia [itu] [yang] secara langsung,
sedangkan orang Islam dari waktunya yang telah diunjukkan untuk membandingkan
kepercayaan, karenanya penggunaan logika perlu dalam rangka memelihara
pengajaran Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar