Kamis, 08 November 2012

Ibnu Hazm




Ibnu Hazm yang memiliki nama Asli Abu Muhammad Ali ibnu Muhammad ibnu Sa’id ibnu Hazm  lahir pada tanggal 7 November 994  di Cordova,  dan meninggal  15 Agustus 1064/456 H . Hazm Atau Hazim Atau Hazem adalah nama serang laki-laki Arab yang berarti tetap tabah/ pantang mundur, [berani/tebal],
menjengkelkan atau tegas. Hazm Atau Hizm berbeda dengan hazim atau hazem. Hazm bersifat menentukan Atau Kekerasan tetapi Hazem , lebih panjang [kecil/sedikit], berarti tegas atau bersifat menentukan.
 Ia terlahir dalam sebuah keluarga terkemuka .Kakeknya bernama sa’id  adalah seorang mualaf yang pindah ke Córdoba dan ayahnya bernama Ahmad,kedua-duanya  memegang posisi penasehat tinggi di istana Khalifah Umayyah Hisyam II.

Ibnu Hazm belajar tentang Filosofi Islam, dan minat utamanya dalam Metafisika ilmu agama dalam Etika, Dia juga seorang Andalusian Arab Ahli filsafat, Litterateur, Psikolog, Sejarawan, Ahli hukum dan Ahli ilmu agama. Ia adalah seorang penganjar yang terkemuka dalam Zahiri dan menjadi salah seorng pemikir Islam yang menghasilkan 400 karangan, yang mana hanya 40 masih bertahan, yang mencakup bidang seperti Jurisprudensi Islam, Logika, Sejarah, Etika, komparatip agama, dan ilmu agama, seperti halnya Cincin/Arena Merpati, pada seni Cinta.
Ketika berbicara tentang seni Cinta, Ibnu Hazm memiliki beberapa pandangan tentang Makna Cinta. Menurut Ibnu Hazm, cinta itu sulit diuraikan. Tetapi pada orang yang jatuh cinta terdapat pertanda.
  1. Kecanduan memandang orang yang dikasihi.
  2. Segera menuju ke tempat kekasih berada, sengaja duduk di dekatnya dan mendekatinya.
  3. Gelisah dan gugup ketika ada seseorang yang mirip dengan orang yang dicintainya.
  4. Kesediaan untuk melakukan hal-hal yang sebelumya enggan dilakukannya
Adapun yang mencoreng cinta menurut Ibnu Hazm adalah berbuat maksiat dan mengumbar hawa nafsu..
Syair Ibnu Hizm tentang Cinta :

Akan menghinalah mereka yang tak mengenal cinta
Sungguh cintamu padanya wajar adanya
Mereka kata, cinta buat kau gila
Padahal kau orang paling faham agama

Ku katakan pada mereka
Mengapa kalian iri padanya?
Jawabnya
Kerana ia mencinta dan dicintai pujaan jiwa

Bila masanya Muhammad mengharamkan cinta
Dan apakah ia menghina umatnya yang jatuh cinta
Janganlah kau berlagak mulia
Dengan menyebut cinta sebagai dosa

Janganlah kau pedulikan apa kata orang tentang cinta
Entah yang berkata keras atau halus biasa
Bukankah manusia harus menetapi pilihannya
Bukankah kata tersembunyi tak bererti diam seribu bahasa


Syair ini dikutip dari kitab Tauqul Hamamah karya Ibnu Hazm .

Beberapa buku Ibnu hazm yang terkenal antara lain :

   Al Kitab al-Muhalla bi'l Athar
    Ihkam Al Ahkam fi Ushul al Ahkam
  Mukhtasar al-Muhalla li Ibn Hazm
   Ṭawq al-Ḥamāmah

Dan beberapa buku kedokteran yang terkenal di antaranya :

Al-Akhlaq wa al-Siyar fi Mudawat al-Nufus (“Akhlaq dan perlakuan yang benar untuk penyembuhan jiwa”)
    Maratib al-'Ulum
  Al-Mujalla
  Al-Fisal fi al-Milal wa al-Ahwa 'wa al-Nihal 

Ibnu Hazm sangat kritis dalam mnyikapi Risalah,ilmu pengetahuan, Filosofi dan Ilmu agama. Ibnu Hazm menekankan pentingnya seturut perasaan, sebagaimana ia menyadari bahwa alasan manusia mempunyai perasaan. Dan ia mengenali pentingnya sebuah alasan, karena Qur’an sendiri mengundang cerminan/pemantulan, yang mana ia berargumentasi bahwa cerminan/pemantulan ini menunjuk sebagian besar ke pembukaan rahasia dan data perasaan, karena prinsip alasannya adalah diri mereka yang diperoleh seluruhnya dari berbagai pengalaman perasaan. Ia menyimpulkan alasan itu bukanlah suatu pancaindera untuk penemuan atau sebuah riset mandiri, tetapi seluruh perasaan itu itu harus digunakan dalam tempat nya , suatu gagasan yang membentuk basis empiris.     
    
Ibnu Hazm menulis Lingkup Logika pada Filosofi Islam, di mana ia menekankan pada pentingnya seturut perasaan sebagai sumber ilmu Pengatahuan. Ia menulis bahwa “sumber pertama dari semua pengetahuan manusia adalah pikiran sehat yang keras digunakan dan intuisi sebuah alasan, yang dikombinasikan dengan suatu pemahaman benar menurut suatu bahasa.” Ibnu Hazm juga mengkritik sebagian dari ahli ilmu agama yang telah dipertentangkan dengan penggunaan logika dan berargumentasi bahwa generasi orang Islam yang pertama tidak bersandar pada logika. Tanggapan nya adalah bahwa awal orang Islam yang yang telah menyaksikan pembukaan rahasia [itu] [yang] secara langsung, sedangkan orang Islam dari waktunya yang telah diunjukkan untuk membandingkan kepercayaan, karenanya penggunaan logika perlu dalam rangka memelihara pengajaran Islam.         

                                                                                                                                

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More